Beranda | Artikel
Kemanakah Akal Para Pemuja Selain Allah?
Kamis, 12 Februari 2015

Buletin At-Tauhid edisi 7 Tahun XI

Segala puji bagi Allah Ta’ala. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah.

Amma ba’du.

 

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala, manusia telah mendapatkan anugerah dari Allah berupa akal pikiran. Dengan akal pikiran itulah diharapkan mereka menjadi hamba-hamba Allah Ta’ala yang beriman, bertakwa, dan tunduk kepada hukum-Nya. Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Ayat yang mulia ini sangat jelas menerangkan kepada kita bahwa hakikat kehidupan setiap insan adalah terletak di dalam penghambaan dan ibadah kepada Allah. Allah Ta’ala ingin menguji mereka siapakah diantara mereka yang lebih mendahulukan perintah dan aturan Allah di atas keinginan, perasaan, dan hawa nafsunya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “[Allah] Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya.” (QS. Al-Mulk : 2)

 

Kebahagiaan Hakiki

Orang-orang yang menggunakan akalnya dengan baik, tentu akan berusaha dan menempuh jalan kembali kepada Allah, membekali diri dengan ketakwaan dan menjauhi segala perilaku dan perbuatan yang membinasakan. Apabila kita cermati ayat-ayat Allah Ta’ala dan juga hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka akan tampaklah bagi kita bahwa kebahagiaan dan keselamatan hanya bisa ditemukan melalui satu jalan; yaitu jalan tauhid; mengesakan Allah Ta’ala dalam beribadah. Oleh sebab itu Allah Ta’ala utus segenap rasul untuk mengajak manusia kepada kunci kebahagiaan ini.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat, seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl : 36). Para rasul mengajak manusia kepada kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang abadi. Dan hal itu terlukis dengan indah dalam kalimat syahadat yang kita ucapkan; laa ilaaha illallah, ‘Tiada sesembahan yang benar selain Allah’.

Allah Ta’ala berfrman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun sebelum engkau kecuali Kami wahyukan kepadanya; bahwa tiada ilah/sesembahan yang benar selain Aku [Allah] maka sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25)

Karena itu pula setiap hari di dalam sholat, kita memanjatkan doa dan sebuah ungkapan ketulusan hati seorang hamba. Dengan ucapan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’; “Hanya kepada-Mu -ya Allah- kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : 5). Inilah sumber kebahagiaan dan keselamatan. Beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan meninggalkan segala sesembahan selain-Nya. Inilah letak kemuliaan manusia dan letak kecerdasan berpikir seorang hamba.

 

Jadilah Hamba Allah yang Cendikia

Seorang penyair berkata, “Allah memiliki hamba-hamba cendekia. Mereka mencerai dunia dan takut akan fitnahnya. Mereka lihat apa-apa yang ada di sana. Tatkala mereka mengerti, bahwa dunia bukan tempat tinggal selamanya. Maka mereka pun ‘mengubah’ dunia menjadi samudera. Dan mereka jadikan amal salihnya sebagai perahu yang berlayar di atasnya.” (lihat mukadimah Riyadhus Shalihin karya An-Nawawi)

Oleh sebab itu tidaklah disebut orang yang berakal, apabila ia menjadikan dunia ini sebagai puncak cita-citanya. Dia hidup laksana binatang, sekedar memuaskan nafsu dan tidak peduli halal dan haram. Apalagi mereka yang menghamba kepada selain Allah Ta’ala apa pun atau siapa pun dia. Karena sesungguhnya selain Allah Ta’ala tidak layak disembah. Hanya Allah Ta’ala yang menguasai segala urusan, di dunia apalagi di akhirat nanti. Allah Ta’ala adalah Rabbul ‘alamin. Allah Ta’ala adalah Arrahman Arrahim. Allah Ta’ala adalah Maaliki yaumid diin. Lantas mengapa mereka menghamba, berharap, berdoa dan menggantungkan hatinya kepada selain Allah? Dimanakah akal sehat mereka?

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu berdoa kepada selain Allah, sesuatu yang jelas tidak kuasa memberikan manfaat dan madharat kepadamu. Kalau kamu tetap melakukannya maka kamu benar-benar termasuk orang yang berbuat zalim.” (QS. Yunus: 106).

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdoa (beribadah) kepada selain Allah, sesuatu yang tidak bisa memenuhi keinginannya hingga hari kiamat. Sementara mereka itu lalai dari doa yang dipanjatkan kepada mereka. Tatkala umat manusia dikumpulkan -di hari kiamat- maka sesembahan mereka itu justru menjadi musuh mereka. Dan mereka sendiri mengingkari peribadahan yang ditujukan kepada dirinya.” (QS. Al-Ahqaf: 5-6)

Manusia hanya akan selamat di akhirat dengan tauhid. Dan manusia menjadi kekal di neraka karena perbuatan atau keyakinan syirik. Apabila demikian kenyataannya,  alangkah menyedihkan keadaan orang yang menjalani hidup di dunia ini di atas peribadatan kepada selain Allah Ta’ala. Karena amalnya akan sia-sia, lenyap bagai debu yang beterbangan, bahkan itu semua akan berubah menjadi penyesalan dan siksaan yang terus-menerus. Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan kita dari bahaya syirik dan memasukkan kita ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dengan bekal tauhid dan keimanan.

 

Disusun oleh : Ustadz Ari Wahyudi, S.Si.


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/kemanakah-akal-para-pemuja-selain-allah/